Anggota Knesset di Mavi Marmara Mendapat Ancaman Mati

Sebagian aktivis kemanusiaan Freedom Flotilla sudah kembali pulang ke tanah airnya, sementara itu salah seorang di antaranya menerima ancaman pembunuhan di Israel.
Haneen Zuabi, seorang keturunan Arab Palestina yang mejadi anggota Knesset dan bergabung dengan para aktivis di kapal Mavi Marmara, sekarang harus mendapat pengawalan bersenjata, setelah hampir 500 orang di Facebook menuntut eksekusi atas dirinya.

Selama persidangan di parlemen Rabu lalu, Zuabi dihujani sumpah serapah dan didorong keluar dari ruang pertemuan, seraya diteriaki, "pergilah ke Gaza, pengkhianat!"

Wanita berusia 41 tahun dari Partai Balad itu juga mendapat ancaman pembunuhan lewat telepon dan email. "Saya tidak takut," ujarnya dari kampung halamannya di Nazareth.

"Hal seperti itu sudah turun-temurun di sini, itu bukan hal yang baru dimulai kemarin. Hanya saja sekarang lebih keras dan kasar," katanya mengomentari cercaan dan ancaman yang diterimanya.

"Israel ingin agar banyak orang yang mati untuk menakut-nakuti kita dan mengirimkan pesan agar di masa datang jangan ada lagi konvoi kemanusiaan yang berusaha mendobrak pengepungan atas Gaza," katanya kepada para wartawan di hari sebelumnya.

Menurut cerita Zuabi, kapal Angkatan Laut Israel mengepung Mavi Marmara dan menembakinya, sebelum tentara-tentara Israel diterjunkan ke atas kapal lewat helikopter.

Ia ke bawah ke tempat penyimpanan dan dalam beberapa menit dua orang yang meninggal dibawa masuk, disusul kemudian dua orang lain yang terluka parah.

Tentara Israel menolak permintaannya untuk memberikan pertolongan kepada penumpang yang terluka, yang tidak lama kemudian meninggal dunia.

Zuabi, yang di Israel dikenal fasih berbahasa Hebrew, mengatakan bahwa tentara Israel memintanya untuk menerjemahkan perintah-perintah mereka kepada para penumpang. "Awalnya saya menolak," ujarnya. "Saya balik berteriak, ‘Mengapa kalian tidak meminta pertolonganku sebelum membunuh orang-orang ini?"

Tapi kemudian ia menyadari jika bantuannya bisa mencegah kekerasan lebih lanjut. "Saya khawatir miskomunikasi dan kepanikan akan menyebabkan kematian lebih banyak," katanya.

"Semua orang di atas kapal ketakutan, berteriak, dan menangis. Dan saya merasa punya tanggung jawab atas mereka."

Zuabi kemudian menjadi penerjemah mereka sambil membantu para korban.

Bersama dengan para aktivis lainnya, ia dibawa ke Pelabuhan Ashdod pada hari Senin. Zuabi yang memiliki kekebalan hukum sebagai anggota parlemen diinterogasi tiga kali sebelum akhirnya dibebaskan. Sementara empat keturunan Palestina yang berkebangsaan Israel lainnya, dibebaskan dari penjara Ashkelon Kamis (3/6/2010) pagi, tapi menjadi tahanan rumah hingga pekan mendatang. Mereka belum dikenai tuntutan.

"Kesempatan hidupnya 50%," kata Zuaibi menceritakan kegentingan situasi saat itu. Dan kini ia menghadapi ancaman dan kekerasan lain.

"Saya tidak bisa melupakan gambar-gambar kematian, tapi saya belum menangis untuk mereka. Saya harus tetap kuat dalam situasi ancaman atas keselamatan diri seperti ini," tegasnya. [di/sott/www.hidayatullah.com]

Keterangan Foto:Hanin Zo'bi (memegang mikrofon), anggota parlemen Israel Knesset dari partai kaum Arab mendukung Freedom Flotilla
SUMBER

Post a Comment

Previous Post Next Post